Thursday, May 23, 2013

Satu dari yang Lain


“Kenapa harus ada lomba di Hari Kreativitas Internasional, sih?” Keluhku dalam hati. Ya, lusa adalah tanggal 21 April. Artinya, Hari Kreativitas Internasional akan jatuh 2 hari lagi. Aku sudah lelah dengan pelajaran sekolah, tugas menumpuk, dan ulangan yang menunggu di depan mata. Sekarang, aku harus berpikir dan mengerahkan ideku untuk lomba ini. Menggambar tidak bisa, mengarang apalagi. Aku bingung harus berbuat apa untuk lomba ini.
Aku berjalan menuju rumah dengan langkah lesu. Tiba-tiba, terdengar suara gitar dan orang bernyanyi. Aku mengalihkan pandanganku ke sekelilingku, mencoba mencari asal suara itu. Aku menemukan seorang mahasiswa yang sedang mengamen sambil memetik gitarnya. Aku menghampirinya, semakin dekat aku semakin terpesona dengan lantunan nada-nada yang memenuhi telingaku.
Orang itu berhenti bermain, dan menatapku dengan heran.
“Ada apa?” tanyanya.
“Tidak, aku hanya ingin mendengarmu bermain gitar. Lanjutkan saja, aku tidak akan mengganggu.”
Ia melanjutkan bermain. Aku duduk di sebelahnya sambil menikmati permainan gitarnya. Tiba-tiba terlintas di benakku tentang lomba yang diadakan 2 hari lagi. Lalu aku mendapatkan sebuah ide. Kutepuk bahu orang itu agar dia berhenti bermain
“Kak, bisa ajarkan saya bermain gitar?”
“Bisa, kau mau belajar lagu apa?”
“Begini, bisakah kakak mengajariku dasarnya saja?”
“Bisa, kau mau mulai belajar kapan?”
Aku terdiam. Baru kusadari waktuku tinggal 2 hari lagi.
“Bisa mulai hari ini kak?”
“Baiklah.”
Ia meminjamkan gitarnya, dan mengajariku beberapa kunci dasar pada gitar. Hari itu kulalui dengan berlatih gitar di taman, karena aku sendiri tidak mempunyai gitar.
Keesokan harinya, sepulang sekolah, aku kembali menemui kakak mahasiswa tersebut di taman dan waktu yang sama. Ia kembali mengajariku dengan sabar sampai aku menguasai dasar-dasar dalam bermain gitar.
“Kak, bolehkan aku pinjam gitar ini? Aku akan mengikuti lomba besok, dan aku berencana untuk memainkan sebuah lagu yang kukarang sendiri..” jelasku
“Boleh-boleh saja, besok sepulang sekolah kembalikan ya..” katanya.
Sesampainya di rumah, aku berlatih lagu yang kukarang sendiri. Semakin lama aku merasa permainanku membaik. Aku semakin siap untuk lomba esok hari.
Keesokan harinya, aku datang ke sekolah dengan riang. Saat lomba berlangsung, aku memperhatikan setiap peserta. Mereka semua hanya menampilkan puisi, pantun, dan semacamnya. Hingga saat giliranku tampil, para penonton terlihat sudah bosan dan mengantuk. Mereka seperti tidak memperhatikanku, lalu saat aku mulai memetik gitar, keterkejutan tergambar jelas. Selama aku bermain, mereka terlihat menikmati penampilanku. Setelah aku selesai bermain dan terdengar tepuk tangan meriah dari penonton.
Pengumuman pemenang diadakan sekitar 30 menit setelah penampilanku. Aku tidak berharap banyak, tetapi terdengar namaku dipanggil sebagai juara pertama. Hatiku dipenuhi rasa bangga dan senang. Aku naik ke atas panggung dan menerima hadiah.
Sore itu, aku pulang dengan langkah ringan. Jalanan dan perumahan yang terlihat biasa saja menjadi indah bagiku. Langit pada sore itu juga terlihat menawan, sangat mendukung suasana hatiku sore itu.

No comments:

Post a Comment